Tindakan Perdana Menteri, Dato' Seri Najib Razak melantik Dato' Seri Idris Jala sebagai menteri bagi membantu Koh Tsu Koon, yang juga seorang menteri di Jabatan Perdana Menteri dilihat pelik dan mengelirukan.
Ahli Parlimen Pokok Sena, Dato' Mahfuz Omar berpendapat bukan satu keperluan untuk melantik seorang pembantu bertaraf menteri kepada seorang menteri yang lain. Ini kerana tindakan seorang menteri melapor kepada bosnya yang juga menteri adalah sesuatu yang agak pelik.
"Saya tak faham kenapa Najib lantik menteri untuk 'report' kepada menteri. Kalau lantik sebagai CEO saya tak hairan la. Seorang menteri saya rasa dah cukup. saya tak faham dan tak nampak apa keperluan Koh Tsu Koon lagi disitu," ujarnya ketika dihubungi Harakahdaily.
Perdana Menteri semalam mengumumkan pelantikan Idris Jala sebagai Menteri tanpa portfolio di Jabatan Perdana Menteri.
Idris juga dilantik sebagai Ketua Pegawai Eksekutif (CEO) Unit Penyampaian dan Pengurusan Prestasi (PEMANDU) iaitu organisasi yang mengawal pelaksanaan insiatif Indeks Prestasi Utama (KPI).
Dengan jawatan menteri yang baru disandang itu, Idris akan membantu dan melaporkan kepada Tan Sri Dr Koh Tsu Koon, Menteri yang bertanggungjawab terhadap perpaduan nasional dan pengurusan prestasi.
Dia juga akan menjadi timbalan kepada Koh dalam lembaga pemandu dan akan bertanggungjawab untuk sub khusus N-KRA dan KPI Nasional (N-KPI) dan menasihat di KRA peringkat menteri (M-KRAs) dan M-KPI.
Mengulas perkara itu juga, Mahfuz berkata ianya seolah-olah menunjukkan kecelaruan dalam pentadbiran Najib. Pada awal Najib menjadi Perdana Menteri, dia dilihat berusaha mengecilkan kabinet barunya namun pelantikan Idris dilihat sebaliknya.
"Ini kecelaruan dalam kabinet Najib, bagaimana nak capai KPI kalau yang ini pun bercelaru. Dulu kata nak kecilkan kabinet, tapi sekarang tambah lagi seorang menteri," ujar Naib Presiden PAS itu lagi.
Idris adalah Pengarah Urusan dan CEO, Malaysia Airlines yang dilantik pada Disember 2005, selepas syarikat itu mengalami kerugian paling besar dalam sejarah korporatnya.
Sebelum menyertai Malaysia Airlines, Idris berkhidmat selama 23 tahun dengan Shell. Antara 2002 dan 2005, Idris adalah Pengarah Urusan, Shell MDS (Malaysia) dan Naib Presiden, Shell Malaysia Gas & Power (Malaysia).
Mahfuz yang mengakui kredibiliti Idris khususnya kepakaran dalam bidang sumber manusia sewaktu di Shell bagaimanapun mempertikai kemampuan Idris khususnya sewaktu memulihkan keadaan ekonomi MAS.
"Sewaktu dia ambil alih MAS, dia hanya menjual bangunan MAS sahaja, tapi pada tahun 2008, 2009 MAS juga masih mengalami kerugian akibat kenaikan harga bahan bakar," ujarnya.
/harakahdaily
Friday, August 28, 2009
Anti Najib Altantuya: Pelik, Najib Lantik Menteri Bantu Menteri - Mahfuz/Nizar
5:43 PM
miaq_kpg
No comments
Aku...
nuff
Followers
Komen Terkini
Categories
- Anti ISA (54)
- DAP (182)
- H1N1 (13)
- HOME (35)
- Israel (1)
- Isu semasa (353)
- Kartika (6)
- Liwat 2 (1)
- Liwat2 (2)
- malaysiakini (1341)
- Manek Urai (155)
- MCA (45)
- Melayu (129)
- MIC (18)
- Muara Tebas (18)
- Najib (1)
- Najib-Altantuya (4)
- PAS (445)
- Perak (184)
- PKFZ (100)
- PKR (180)
- Politik (465)
- PPSMI (22)
- PRK Bagan Pinang (103)
- PRK Hulu Selangor (12)
- PRK Permatang Pasir (93)
- PRK Sibu (2)
- Sarawak (53)
- SPRM (187)
- Teoh (83)
- UMNO (317)
Labels
- Anti ISA (54)
- DAP (182)
- H1N1 (13)
- HOME (35)
- Israel (1)
- Isu semasa (353)
- Kartika (6)
- Liwat 2 (1)
- Liwat2 (2)
- malaysiakini (1341)
- Manek Urai (155)
- MCA (45)
- Melayu (129)
- MIC (18)
- Muara Tebas (18)
- Najib (1)
- Najib-Altantuya (4)
- PAS (445)
- Perak (184)
- PKFZ (100)
- PKR (180)
- Politik (465)
- PPSMI (22)
- PRK Bagan Pinang (103)
- PRK Hulu Selangor (12)
- PRK Permatang Pasir (93)
- PRK Sibu (2)
- Sarawak (53)
- SPRM (187)
- Teoh (83)
- UMNO (317)
0 comments:
Post a Comment